Selasa, 28 Februari 2017

Pengaturan Struktur dan Model IT Perusahaan Melalui Tata Kelola IT Governance





Teknologi Informasi (TI) berkembang dengan Pesat. Perkembangan tersebut menjadikan TI pada saat ini bukan hanya sebagai support pada suatu perusahaan, melainkan telah menjadi bagian dari strategi bisnis perusahaan, yang dijadikan untuk meningkatkan keunggulan perusahaan. Aset dan layanan TI dapat menunjang Setiap Proses Bisnis perusahaan, meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya, serta dapat mengurangi kesalahan dalam dalam proses, Namun demikian pengunaan TI tidak luput dari resiko, sehingga harus di kelola dengan baik.

Tata Kelola Teknologi atau yang dikenal dengan IT Governance merupakan bagian terkait dari corporate governance  yang memungkinkan terciptanya nilai bisnis melalui TI. IT Governance Institute  (ITGI) mendefenisikan  IT Governance  merupakan tanggung jawab  dewan direksi dan manajemen eksekutif, bagian yang tidak dapat dipisahkan dari  corporate governance  yang terdiri dari struktur kepemimpinan dan organisasi, dan proses yang menjamin bahwa organisasi TI dapat menopang dan memperluas strategi dan tujuan organisasi.

IT Governance bukan hanya terkait masalah IT atau hanya menarik bagi fungsi IT. Dalam arti luas adalah tata kelola merupakan secara keseluruhan dari suatu entitas, tetapi dengan fokus khusus pada peningkatan pengelolaan dan pengendalian Teknologi Informasi untuk kepentingan para stakeholder utama. 

IT Governance meliputi budaya, organisasi, kebijakan dan praktik yang menyediakan untuk manajemen TI dan kontrol di lima bidang utama yaitu :
 


  1. Strategic Alignment : Memberikan arahan strategis untuk menyelaraskan antara IT dengan bisnis dan memberikan suatu solusi.
  2. Value Delivery : Menjamin bahwa IT dirancang untuk mendorong nilai bisnis yang maksimal dari IT, sehingga  IT bermanfaat terhadap strategi perusahaan.
  3. Risk Management : Memastikan bahwa proses dilakukan secara tepat, serta memastikan bahwa risiko telah dikelola secara memadai, Yang mencakup penilaian aspek risiko investasi TI.
  4. Resource Management : Memberikan arahan higt-level penggunaan sumber daya TI, serta memastikan IT capabiliti dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kebutuhan bisnis saat ini dan yang diharapkan di masa depan.
  5. Performace Measurement : Tinjauan pencapaian tujuan strategis TI, pengukuran kinerja IT dan kontribusi TI terhadap bisnis. (MA/AZ)

Sumber :
National Computing Centre. (2005). IT Governance Developing a successful governance strategy. United Kingdom: National Computing Centre.
Wim Van Grembergen, P. (n.d.). The Balanced Scorecard and IT Governance. IT Governance Institute


Ditulis oleh:
Arrazaq Zakaria S.Kom
Junior Consultant
Smartpro Solusi

Sabtu, 18 Februari 2017

Pentingnya IT Master Plan Untuk Menunjang Bisnis Anda


Teknologi informasi memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan sebuah organisasi baik itu pemerintahan, kelembagaan maupun perindustrian. Melalui teknologi informasi, sebuah organisasi mampu membuat strategi yang berfungsi sebagai enabler untuk mencapai tujuan. Kebutuhan akan teknologi informasi dalam suatu perusahaan menjadikan teknologi informasi menjadi sumber daya penting. Peningkatan penggunaan teknologi informasi ini tidak hanya untuk proses operasional sehari-hari, tetapi sudah pada proses membantu pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan menjadikan keputusan menjadi semakin jelas. Saat ini penggunaan teknologi informasi di lingkungan perusahaan sudah merupakan suatu hal yang sangat diperlukan.
IT Master Plan  adalah suatu perencanaan jangka panjang dalam pengembangan sistem informasi di perusahaan , yang dengan baik bisa menterjemahkan keinginan baik dari manajemen (System Owner), pengguna (System User) maupun perubahan-perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Dengan perkembangan Teknologi Informasi yang sangat cepat (short life-cycle), betapa sulitnya menyesuaikan terhadap kebutuhan perusahaan tanpa adanya Master Plan.
 IT Master Plan berisi strategi-strategi organisasi atau perusahaan dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai enabler dan menambah keunggulan yang kompetitif. IT Master Plan membahas mulai dari visi dan misi organisasi atau perusahaan sampai pada perencanaan manajemen proyek IT.
IT Master Plan sangat dibutuhkan karena memiliki tujuan strategis yang akan membantu perkembangan dan kemajuan sebuah organisasi. IT Master Plan memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai panduan atau dasar perencanaan oleh sebuah organisasi untuk implementasi teknologi informasi, sebagai alat kontrol untuk mengetahui performa implementasi teknologi informasi dan sebagai alat untuk mengetahui resiko yang mungkin terjadi akibat implementasi teknologi informasi.
Banyak manfaat yang bisa diambil dalam pemanfaatan IT Master Plan. Manfaat pertama adalah sebagai dasar bagi perencanaan perusahaan dalam investasi dan implementasi teknologi informasi. Kedua adalah untuk mengurangi beberapa resiko yang timbul dari implementasi teknologi informasi. Selanjutnya adalah sebagai alat kontrol dan parameter yang efektif untuk mereview performa dan kesuksesan implementasi Teknologi Informasi pada suatu perusahaan.
Jika sebuah organisasi tidak memiliki IT Master Plan, maka akan menimbulkan konsekuensi yang mungkin akan merugikan organisasi tersebut seperti :
1.      Investasi TI dibuat tanpa adanya tujuan dan dukungan bisnis.
2.      Hilangnya kontrol atas teknologi informasi, setiap individu harus lebih bekerja keras untuk mencapai tujuan dari teknologi informasi.
3.      Sistem tidak terintegrasi dengan baik (muncul sistem yang terpulau-pulau), hal ini bisa menyebabkan ketidakakuratan data dan tidak koherennya sumber informasi.
4.      Tidak ada prioritas untuk proyek teknologi informasi dan mengakibatkan rendahnya produktivitas.
5.      Tidak ada mekanisme untuk memutuskan jumlah sumber daya yang dibutuhkan.
6.      Rendahnya manajemen informasi, sehingga informasi tidak konsisten, tidak tersedia, tidak akurat atau terlalu lambat.
7.      Terjadi kesalahpahaman antara pengguna dan pelaksana teknologi informasi.
8.      Strategi teknologi informasi tidak sesuai.
9.      Investasi infrastruktur TI yang tidak mencukupi.
10.  Semua proyek TI hanya dianalisis melalui dasar keuangan.
11.  Timbulnya konflik antar organisasi karena tidak adanya rencana teknologi informasi.
Strategi dari IT Master Plan di atas dibutuhkan untuk menjalankan inisiatif perencanaan dari sebuah organisasi agar lebih terarah. Selain itu, suksesnya penerapan IT Master Plan juga harus didukung dengan kedisiplinan, kontrol, identifikasi, kerjasama, tanggung jawab dan leadership.  Untuk mendukung selarasnya implementasi IT Master Plan, maka dibutuhkan seseorang yang bertugas untuk merumuskan, mengawasi dan  bertanggung jawab serta mengevaluasi sistem kerja IT Master Plan agar berjalan dengan baik.

Sumber

Antika, A. (2016, November 23). MENGAPA SEBUAH ORGANISASI MEMBUTUHKAN IT MASTER PLAN? Retrieved from www.detiknas.go.id: http://www.detiknas.go.id/2016/11/23/mengapa-sebuah-organisasi-membutuhkan-it-master-plan/
Armadyah Amborowati, S. (n.d.). TINJAUAN SEBUAH IT MASTER PLAN ( Studi Kasus Master Plan Pemerintah Daerah DKI Jakarta ). Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta.
Triwahyuni, T. C. (n.d.). Master Plan Teknologi Informasi. Retrieved from www.academia.eu: http://www.academia.edu/5513850/Master_plan_teknologi_informasi

WWardhanu. (2010, Agustus). Sebuah Konsep Tentang IT Master Plan (Bagian 1). Retrieved from www.wwardhanu.blogspot.co.id: http://wwardhanu.blogspot.co.id/2010/08/sebuah-konsep-tentang-it-master-plan.html

Minggu, 12 Februari 2017

Pentingnya Business Continuity Plan Untuk Sebuah Perusahaan


Business Continuity Planning atau yang biasa disingkat BCP adalah sebuah rencana yang diambil perusahaan untuk meneruskan bisnis perusahaan tersebut, jika suatu saat terjadi kekacauan, bencana, atau kejadian yang tidak diinginkan yang akan menghambat bahkan menghentikan proses bisnis perusahaan tersebut. BCP merupakan keadaan dimana kondisi bisnis harus dapat terus berjalan pasca terjadinya bencana.
BCP dikaitkan dengan bagaimana posisi perusahaan dalam merencanakan dan membuat rencana kerja untuk mengantisipasi kondisi perusahaan tersebut saat terjadi bencana dan memastikan bisnis dapat berjalan secara optimal dan perusahaan masih dapat memberikan layanan bisnis pasca terjadinya bencana. 

Peristiwa yang mengganggu adalah segala bentuk pelanggaran keamanan baik yang disengaja ataupun tidak yang menyebabkan bisnis tidak bisa beroperasi secara normal. Beberapa contoh potensi gangguan yang mungkin dialami oleh perusahaan adalah bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan kebakaran, kecelakaan, sabotase, kehilangan energi, kegagalan dalam transportasi, komunikasi, keselamatan, dan sektor jasa lainnya, bencana lingkungan seperti polusi dan tumpukan material berbahaya, dan serangan cyber dan aktivitas hacker.


Tujuan BCP adalah untuk memperkecil efek peristiwa mengganggu tersebut pada perusahaan. Selain itu tujuan BCP yang utama adalah untuk mengurangi risiko kerugian keuangan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam proses pemulihan sesegera mungkin dari suatu peristiwa yang mengganggu.

Dalam menyusun BCP yang baik meliputi rencana, pengukuran, dan penempatan yang baik untuk memastikan pengiriman jasa dan produk yang penting sehingga sebuah organisasi mungkin untuk memulihkan fasilitas, data, dan asetnya. Selain itu, dalam menyusun BCP yang baik perlu juga adanya proses identifikasi sumber daya yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan bisnis, seperti personel, informasi, peralatan, finansial, perwakilan hukum, dan proteksi terhadap infrastruktur serta akomodasi

Secara umum menurut standar CISSP (Certified Information System Security Profesional) BCP memiliki 4 (empat) fase utama. Fase pertama adalah penetapan ruang lingkup dan perencanaan. Dalam fase ini meliputi pembuatan lingkup dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk menentukan parameter-parameter rencana. Fase kedua adalah penetapan Business Impact Assessment (BIA). BIA adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk membantu unit-unit bisnis memahami dampak suatu peristiwa yang mengganggu. Fase ketiga adalah pengembangan dari BCP. Istilah ini mengacu pada penggunaan informasi yang dikumpulkan pada tahap BIA untuk mengembangkan business continuity plan yang sebenarnya. Proses ini meliputi area dari implementasi rencana, pengujian rencana, dan pemeliharaan rencana berkelanjutan. Fase keempat adalah persetujuan rencana dan implementasi. Proses ini melibatkan pengambilan keputusan akhir manajemen senior, menciptakan kesadaran terhadap rencana tersebut ke seluruh personil perusahaan, dan menerapkan suatu prosedur pemeliharaan untuk membaharui rencana jika dibutuhkan.

Sumber


Broto, T. W. (2010, October 10). Pentingnya Menyusun Business Continuity Plan bagi Organisasi. Retrieved from BDI Surabaya: http://bdisurabaya.kemenperin.go.id/2010/10/10/pentingnya-menyusun-business-continuity-plan-bagi-organisasi/
Ibrahim, M. Y. (2012, October 7). Incident Management : Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Planning. Retrieved from Programmer's Diary: https://undebugable.wordpress.com/2012/10/07/incident-management-business-continuity-plan-bcp-dan-disaster-recovery-planning/
Katigaku.id. (2015, July 23). Business Continuity Plan (BCP): Menyelematkan Bisnis di Tengah Bencana. Retrieved from Katigaku.id: http://katigaku.id/2015/07/23/business-continuity-plan-bcp-menyelematkan-bisnis-di-tengah-bencana/
Petrus, S. (2013, June 2). BCP (Business Continuity Plan). Retrieved from http://masihbisabikin.blogspot.co.id/2013/06/bcp-business-continuity-plan.html



Meningkatkan Kinerja Perusahaan/Organisasi dengan Implementasi Business Process Management (BPM)



Bisnis proses manajemen atau business process management (BPM) adalah suatu metodologi pengelolaan bisnis dan dan merupakan suatu pendekatan manajemen secara holistik yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis serta produktivitasnya dengan melakukan optimasi terhadap proses bisnis perusahaan/ organisasi tersebut. Bisnis proses manajemen juga bertujuan sebagai suatu upaya untuk mencapai inovasi, fleksibilitas, dan integrasi dengan teknologi melalui proses optimasi proses tersebut.
Proses bisnis merupakan inti dari seluruh aktivitas pada suatu perusahaan atau organisasi. Untuk mencapai tujuan perusahaan, proses bisnislah yang akan memberdayakan seluruh sumber daya yang ada pada perusahaan. Tapi yang perlu diketahui adalah bahwa setiap bisnis memiliki proses masing-masing yang unik, sesuai dengan karakteristik dari perusahaan dan bidang usahanya, seperti proses pembuatan produk ataupun layanan baru, pengadaan supply, menjawab pertanyaan pelanggan, ataupun rekruitasi karyawan baru, yang tentunya memiliki perbedaan karekteristik tersendiri untuk setiap perusahaan.
Pada saat sekarang ini mungkin masih banyak perusahaan/ organisasi yang belum sadar akan pentingnya penggunaan dan penerapan business process management (BPM) kedalam proses bisnis perusahaan/ organisasi tersebut. Tidak ada pemetaan proses bisnis atau proses operasi perusahaan. Aktivitas antar departemen didalam perusahaan seringkali tidak teratur dan saling bersimpangan satu sama lain. Informasi tidak berjalan antar departemen dan seringkali informasi ini hilang karena tidak ada yang mengetahui siapa sebenernya yang berwenang mempunyai tugas tersebut (Moniaga, 2010). Selain itu tidak adanya pemetaan bisnis proses bisa saja berakibat bottleneck yang berimbas pada efisiensi pada seluruh perusahaan dikarenakan menumpuknya beban pekerjaan atau antara karyawan satu dan yang lainnya mempnuyai beban kerja yang tidak seimbang.
Masalah lain yang sering kali terjadi adalah perusahaan gagal atau terlambat dalam merespon tantangan bisnis yang muncul secara tidak terduga. Sebagai contoh: banyak perusahaan sangat lambat dalam mendeteksi adanya peluang-peluang bisnis baru serta dalam mendeteksi pergerakan yang dilakukan oleh kompetitor; lebih jauh lagi adalah perusahaan kadang cenderung mempunyai sifat reaktif dan tidak dapat mendeteksi masalah secara dini, dimana ini merupakan hal yang sangat kontraproduktif bagi perusahaan dalam menghadapi perkembangan bisnis di masa seperti sekarang ini.
Untuk mengatasi masalah tersebut, para pemimpin perusahaan sangat membutuhkan suatu solusi yang dapat membantu mereka untuk melihat gambaran bisnis mereka secara menyeluruh dan real-time, dalam arti apa yang mereka lihat saat itu di laporan adalah benar-benar menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya saat itu juga, bukan 1 minggu yang lalu, 1 hari yang lalu, atau bahkan 1 jam yang lalu. Untuk itu peranan teknologi di sini menjadi sangat vital. Perusahaan dapat mengandalkan teknologi yang tepat untuk membantu mereka dalam meningkatkan efisiensi, mempertajam daya respons, dan pada akhirnya adalah mampu menghasilkan nilai kompetitif bagi perusahaan.
Melalui penerapan BPM inilah diharapkan masalah-masalah yang seringkali terjadi di perusahaan bisa diselesaikan, berkurang, atau hilang sama sekali. Teknologi Manajemen Proses Bisnis atau Business Process Management (BPM) adalah jawaban yang benar-benar ditunggu dan dibutuhkan kalangan bisnis untuk membantu bisnis mereka dalam menghadapi tantangan dan kompetisi seperti sekarang ini. BPM adalah solusi TI dengan pendekatan baru yang ampuh digunakan untuk membantu meningkatkan efisiensi dan menumbuhkan nilai kompetitif suatu bisnis. BPM dirancang untuk mengintegrasikan antara karyawan dan sistem informasi melalui proses-proses yang telah terotomatisasi dan bersifat sangat fleksibel. BPM juga merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan daya respon perusahaan secara signifikan untuk menyesuaikan keinginan pelanggannya pada setiap produk atau layanan yang dihasilkan, dengan cara memberikan akses informasi secara real-time yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah, serta pengambilan tindakan untuk merespon masalah yang terjadi secara lebih cepat dan tepat.
BPM mempunyai 4 (empat) komponen utama. Kompenen pertama adalah permodelan. Permodelan dibuat dengan harapan pengguna dapat mendefinisikan dan mendesain struktur dari setiap proses bisnis secara grafis. Komponen kedua adalah pengintegrasian dimana BPM dapat menghubungkan setiap elemen dalam proses sehingga elemen-elemen tersebut dapat saling berkolaborasi dan bertukar informasi untuk menyelesaikan tujuannya. Elemen ketiga adalah pengawasan dimana pengguna dapat mengawasi dan mengontrol kinerja dari proses bisnis yang sedang berjalan dan kinerja dari setiap personil yang terlibat dalam proses bisnis tersebut. Elemen terakhir adalah optimalisasi dimana pengguna dapat menganalisis dan melakukan monitoring suatu proses bisnis juga melakukan tindakan untuk meningkatkan efisiensinya.
Banyak perusahaan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengoptimisasi proses bisnis yang dimilikinya, tapi mereka kadang masih membangun solusi dengan sistem yang tidak terintegrasi. Sistem tersebut terpisah berdasarkan unit kerja maupun berdasarkan proses bisnis. Hal ini akan menjadi halangan ketika suatu proses membutuhkan kolaborasi dengan proses lain untuk dapat menyelesaikan jalannya proses tersebut. Manajemen Proses Bisnis (BPM) adalah solusi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengelola proses bisnis yang mereka miliki. Dengan BPM, perusahaan dapat dengan mudah memodelkan dan mengubah proses bisnis sesuai kebutuhan agar dapat dioptimisasi, yang pada akhirnya akan mengurangi ongkos produksi, meningkatkan efisiensi karyawan, meningkatkan kepuasan pelanggan, memperbaiki hubungan dengan partner bisnis, dan pada akhirnya adalah meningkatkan keuntungan perusahaan. 

          Sumber :

Drilling, P. (n.d.). Manajemen Proses Bisnis : Mendorong Efisiensi dan Menumbuhkan Nilai Kompetitif. Retrieved from http://pertamina-pdsi.com/ArtikelPost.aspx?id=365666e9-8b14-4294-992f-7f3fa3938c35
Moniaga, A. (2010, Mei 20). Business Process Management. Retrieved from arnoldymoniaga.wordpress.com: https://arnoldymoniaga.wordpress.com/2010/05/20/business-process-management/



Memahami Apa Itu Entreprise Architecture


Ada banyak pengertian tentang enterprise architecture. Sebelumnya enterprise architecture terbentuk dari 2 (dua) kata yaitu enterprise dan arsitektur. Menurut (Zachman, 1997), arsitektur adalah perancangan dari suatu benda atau merepresentasikan suatu gambaran yang sesuai dengan suatu obyek sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan kebutuhan dan berkualitas.  Menurut (Lankhorst, Wieringa, & Jonkers, 2005) dalam (Krisdanto, 2007), arsitektur menyiratkan suatu perencanaan yang diwujudkan dengan model dan gambar dari komponen dari sesuatu dengan berbagai sudut pandang. Untuk definisi enterprise mengandung arti keseluruhan komponen pada suatu organisasi dibawah kepemilikan dan kontrol organisasi tunggal.
Enterprise dapat didefinisikan sebagai organisasi (atau badan lintas organisasi) yang mendukung lingkup bisnis dan misi yang telah ditetapkan. Kata enterprise digunakan karena cakupan dari enterprise architecture meliputi sektor organisasi publik maupun pribadi, keseluruhan bisnis atau perusahaan, bagian dari perusahaan besar, gabungan dari beberapa perusahaan/ joint venture, operasi bisnis berbasis outsourcing, dan perusahaan multinasional.
Dari beberapa definisi diatas, Enterprise Architecture adalah proses menerjemahkan visi dan strategi suatu bisnis ke perubahan yang lebih efektif dengan cara membuat, mengomunikasikan, dan meningkatkan kebutuhan kunci, prinsip dan model yang mendeskripsikan keadaan perusahaan pada masa depan dan memastikan perusahaan untuk berevolusi menjadi lebih baik. Enterprise Architecture secara berkelanjutan mempengaruhi manajemen organisasi serta area teknologi yang ada dalam organisasi untuk pengembangan blueprint sistem informasi (Ducet et al, 2008) dari berbagai disiplin baik secara teori maupun praktis.
Tujuan dari penggunaan Enterprise Architecture dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi bisnis dari perusahaan itu sendiri. Penggunaan Enterprise Architecture ini juga termasuk inovasi dalam struktur organisasi perusahaan, integrasi proses bisnis, kualitas dan ketepatan waktu dari informasi bisnis, serta memastikan bahwa investasi untuk teknologi informasi dalam perusahaan dapat dipertanggungjawabkan.
Perkembangan teknologi yang pesat baru-baru ini memberikan efek yang baik pada Enterprise Architecture. Enterprise Architecture mendefinisikan apa yang perusahaan lakukan, siapa yang menjalankan perusahaan secara individual, bagaimana fungsional perusahaan akan berjalan, dan bagaimana data-data perusahaan akan disimpan dan dimanfaatkan. Biaya investasi dan operasional teknologi informasi akan berkurang dengan manfaat yang sama, dan keakuratan dan kecepatan sistem teknologi informasi akan meningkat. Bagaimanapun, pengembangan sistem Enterprise Architecture dan perawatannya tetaplah harus dilakukan. Membangun sebuah sistem Enterprise Architecture dapat menghabiskan waktu dan biaya investasi yang tak sedikit, termasuk juga fase-fase dimana perkembangan proyek pembangunan Enterprise Architecture berjalan lambat dan membuat frustasi banyak perusahaan, dimana implementasi sistem bahkan belum terealisasi. Jika sistem ini tidak diperbaharui dan dirawat secara berkala, manfaat-manfaat yang telah disebutkan diatas tidak akan dicapai dengan maksimal (Triyanto, 2012).

Referensi :


Krisdanto, S. (2007). Pemanfaatan Enterprise Architecture Planning untuk Perencanaan Strategis Sistem Informasi. Tesis Magister Sistem Informasi - Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung.
Lankhorst, M., Wieringa, R., & Jonkers, H. a. (2005). Enterprise Architecture at Work - Modelling, Communication and Analysis. Berlin: Springer-Verlag.
Triyanto, R. (2012, September 27). Tentang Enterprise Architecture. Retrieved from https://ramadhantriyanto.wordpress.com/2012/09/27/tentang-enterprise-architecture/
Zachman, J. (1997). Enterprise Architecture : The Issue of the Century. Database Programming and Design, 5.

Apa itu Big Data?



Big Data adalah istilah umum untuk segala himpunan data (data set) dalam jumlah yang sangat besar, rumit dan tak terstruktur sehingga menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas manajemen basis data biasa atau aplikasi pemroses data tradisional belaka (Economist, 2010). Definisi lain dari Big Data adalah adalah data dengan ciri berukuran sangat besar, sangat variatif, sangat cepat pertumbuhannya dan mungkin tidak terstruktur yang perlu diolah khusus dengan teknologi inovatif sehingga mendapatkan informasi yang mendalam dan dapat membantu pengambilan keputusan yang lebih baik.

Pada awalnya Big Data diperkenalkan dan digunakan untuk menanggulangi ledakan informasi karena bertambahnya pertumbuhan pengguna data internet dan perangkat mobile sebagai suatu sistem teknologi yang baru. Dengan adanya pertumbuhan pengguna data internet dan perangkat mobile yang bisa dibilang cukup pesat akhir-akhir ini ternyata sangat mempengaruhi perkembangan volume dan jenis data yang terus meningkat cukup pesat dan signifikan di dunia maya.

Pengguna data internet dan perangkat mobile ini menggunakan banyak jenis data, mulai dari data teks, gambar, pesan suara, video, dan jenis data-data yang semakin lama semakin membanjiri dan memenuhi sistem komputasi. Penggunaan Big Data inilah yang akhirnya menjadi salah satu solusi untuk mengatasi banyaknya data yang membanjiri sistem komputasi.

Ada 3 (tiga) ciri-ciri data yang ditangani oleh Big Data. Pertama adalah jumlahnya yang sangat besar (volume). Saking besarnya jumlah data yang ditangani oleh Big Data, ukuran total data dalam terabytes keatas. Kedua adalah adanya pertumbuhan data yang sangat cepat (velocity) sehingga data bertambah secara signifikan dalam jumlah yang sangat banyak dalam kurun waktu relatif singkat. Ciri-ciri terakhir adalah bentuk atau format data bisa beraneka ragam (variety). Contoh format data yang digunakan bisa berupa data dalam tabel-tabel relasional database seperti mySQL, file text biasa, file excel, JPG, atau dalam bentuk/ format apapun.

Dengan begitu, Big Data dapat diasumsikan sebagai sebuah media penyimpanan data yang menawarkan ruang tak terbatas, serta kemampuan untuk mengakodasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat.

 by: Smartpro Solusi Consultant Team

Sumber :


Definisi Big Data. (2016, April 21). Retrieved from Apa Itu Big Data?: http://www.apaitubigdata.com/p/apa-itu-big-data.html
Economist, T. (2010, February 25). Data, data everywhere. Retrieved from The Economict: http://www.economist.com/node/15557443

Maulana, A. (2014, January 16). Tekno Liputan 6. Retrieved from Liputan 6: http://tekno.liputan6.com/read/801638/apa-itu-teknologi-big-data